Free Horoscope
Your Daily Inspiration   
Home | Shio | Zodiak | Palmistry | Elemen | Feng Shui | Gemintang | Add to Favorites
Komunitas : Musik | Film | Humor | Inspirasi | Games | Gambar Lucu dan Unik New
Kategori
 [-] All
 [+] Bisnis
 [+] Cinta
 [+] Inspirasi
 [+] Inspriasi
 [+] Persahabatan
 [+] Puisi
 [+] Religius
 [+] Semua
 [+] Umum
 [+] Urban
Pooling
 Fitur favorit kamu di Gemintang?
 Personality/Ramalan
 Musik/Lirik Lagu
 Humor
 Cerita Inspirasi & Misteri
 Games!
 ShoutBox
    Result


G-Daily Banner
Klik Disini...
UANG 1 MILLIAR
Bukan mimpi, buktikan sendiri
BandungFood
Makanan di kota Bandung
Palugada.net
Apa lu mau, gw ada!
Advertise here
Inspirasi
Dapatkan inspirasi melalui berupa motivasi, persahabatan, cinta, kisah sukses, kemanusiaan dan lain lain.. Apa arti dari Dunia ini jika kita tidak bisa saling berbagi ? Kirimkan cerita yang paling menjadi inspirasi kamu hari ini, niscaya semua keinginan kamu akan tercapai. Sukses Selalu!. 
Miskin - Umum
View : 146391
Created by : dea
Alkisah di sebuah sekolah dasar, tercatatlah seorang siswa kelas satu.
Sebut namanya Bakar. Ia anak konglomerat ternama.

Bukan cuma bapaknya yang pedagang besar. Kakek moyangnya pun demikian.
Mereka adalah rezim saudagar terkenal sejak era abad pertengahan.
Ketika Pires berkata, ''Tuhan menciptakan Timor untuk pala, Banda untuk
lada, dan Maluku untuk cengkih,'' di sanalah kakek moyang Bakar
berperan.

Bakar masih menikmati warisan kebesaran itu. Ia bersekolah di SD
unggulan berstandar internasional dan bilingual, sekitar 2 kilometer
dari rumah (mobil senilai Rp 1 miliar yang ia pakai hanya mencatatkan
perjalanan 4 kilometer setiap hari). Seorang sopir dan ''baby sitter''
mengantar dan menungguinya setiap hari saat ia belajar.

Laiknya sekolah mahal dan unggulan lainnya, mengarang adalah pelajaran
yang diposisikan amat penting di SD tersebut. Anak-anak didik, sejak
kelas satu, sudah dilatih untuk mengekspresikan isi kepala mereka
dengan kata-kata yang tertata baik, namun dengan isi yang mencerminkan
kebebasan pikiran.

Sampailah, suatu ketika, sang guru meminta siswa kelas I membuat
karangan tentang kehidupan keluarga yang sangat miskin di seberang
benteng sekolah. Sang guru, yang berasal dari keluarga menengah,
berharap dapat menumbuhkan empati anak-anak didiknya yang serba berada
terhadap nasib kelompok lain yang tak berpunya. Bakar masih kelas satu
SD. Tapi, ia penulis yang andal. Ia sefasih bapaknya saat harus
melontarkan kata-kata. Ia pun secerdas ibunya saat harus membuat
hitung-hitungan dan perbandingan.


Ia menulis, seperti saran gurunya, dengan penuh perasaan. ''Menulislah
dengan hati,'' begitu kata-kata sang guru yang selalu ia ingat.

Lalu, dengan sesekali menerawang dan membayangkan kehidupan keluarga
miskin, Bakar menggoreskan pinsilnya dengan huruf-huruf yang belum
sempurna benar. Ia menamai tokoh dalam karangannya sebagai Pak Abu.

''Pak Abu,'' tulisnya, ''adalah orang yang sangat miskin. Benar-benar
miskin, sampi-sampai pembantunya juga miskin, sopirnya miskin, dan
tukang kebunnya pun miskin.'' ''Karena sering tak punya uang, Pak Abu
jarang membersihkan kolam renang di rumahnya. Ia juga hanya bisa
memelihara ikan-ikan kecil di akuarium seperti lou han yang makannya
sedikit, tidak seperti arwana dan koi di rumahku.

Kucing siam punya Pak Abu juga kurus, soalnya kurang makan. Ayam yang
ia pelihara juga yang kecil-kecil, jenis kate.''

Bakar, yang berpikir bebas, menulis karangannya itu dengan penuh haru.
Ia sesekali mengernyitkan dahi. Ia berpikir dirinya tak mungkin bisa
menanggungkan kemiskinan seperti yang terjadi pada keluarga Pak Abu.

Alangkah malangnya keluarga Pak Abu, pikirnya. Jangan-jangan
anak-anaknya harus berebut saat bermain PS2, karena alat permainan itu
hanya ada satu di ruang keluarga. Lain dengan di rumahnya, setiap kamar
ada. Di kamar Bakar, di kamar kakak-kakaknya, bahkan di kamar
ibu-bapaknya .

Sopir dan pembantu Pak Abu pun, pikirnya, pasti sedih karena tidak
seperti pembantu dan sopir dirinya. Bakar membandingkan handphone yang
dipegang sopir dan pembantu Pak Abu mungkin jenis monophonicyang
ketinggalan zaman, lain dengan handphone pembantu dan sopirnya yang
polyphonic dan bisa kirim MMS.

Ia membayangkan kepala urusan dapur di rumah Pak Abu mungkin hanya bisa
belanja di pasar yang becek atau supermarket kecil di perempatan jalan.
Padahal, pembantu di rumahnya sangat biasa berbelanja ke hypermarket
Prancis dan mal-mal.

''Anak-anak Pak Abu,'' tulisnya dengan empati penuh, ''kalau liburan
tidak bisa ke Eropa atau Amerika seperti aku. Mereka hanya bisa
berlibur ke Bali. Itu pun pakai pesawat yang murah, low cost carrier.''

Demikianlah cerita karangan Bakar.


Terserahlah, Pembaca, Anda mau bekomentar apa tentang cerita itu. Saya
hanya mau menyampaikan sebuah kegagalan empati.

Bukan karena orangnya tidak tulus, tapi ia memang tidak memiliki
pengalaman yang memadai tentang dunia di luar dirinya.

Bakar adalah wakil dari kegagalan itu. Saya kembalikan kepada Anda
kisah-kisah di luar. Saat seorang menteri berkata, ''Kalau tidak mampu
membeli elpiji, ya jangan gunakan elpiji,'' apa komentar Anda?

Bagi saya, itu adalah kegagalan empati. Mungkin karena sekadar
kurangnya wawasan dia tentang penderitaan, mungkin juga karena
kemalasan melihat dunia luar.

Bayangkan setelah si menteri berkata seperti itu, harga minyak tanah
melambung tiga kali lipat.

Kita tentu tak berharap pejabat itu akan berkata, ''Kalau tidak mampu
beli minyak tanah, jangan gunakan minyak tanah.'' Lalu, ketika harga
beras melonjak sekian kali lipat, ia pun berpidato lagi, ''Kalau tidak
mampu beli beras, jangan makan nasi.''

Empati adalah kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain. Di
dalamnya tercakup kecerdasan emosional dan sosial. Nah, jika Anda
berempati kepada orang miskin, maka Anda akan memerankan diri sepenuh
perasaan sebagai orang miskin.

Persoalannya, apa fantasi Anda tentang kemiskinan?

Penguasa kolonial mendefiniskan kemiskinan sebagai buah kemalasan.
Saat mendengar kata ''miskin'', mereka teringat pada kerbau yang hanya
bergerak kalau dipacu dan lebih suka berkubang di lumpur hitam.

Pemerintah kita mendefinisikan kemiskinan sebagai hasil perhitungan
dari sebuah nilai subsidi. Maka, ditemukanlah angka penghasilan Rp 175
ribu sebagai batas kemiskinan. Kurang dari angka itu berarti miskin dan
berhak mendapat santunan Rp 100 ribu.

Persoalannya, orang yang berpenghasilan di antara Rp 175 ribu dan Rp
275 ribu masuk kategori apa?

Tidak jelas, kecuali satu hal: Mereka kini menjadi penduduk termiskin
di negeri ini.

...Beri inspirasi ke teman kamu !!!
Nama Kamu:  Email Kamu:
Nama Teman:  Email Teman:
Kode Verifikasi :  2762  Ketik Ulang Kode Verifikasi
Kode verifikasi dibutuhkan untuk menghindari Spam (IP Address kamu : 54.211.203.45)
Kategori lainnya
Kisah cinta 1000 penderitaan - Cinta
Kembali , gue pg cerita sesuatu ttg cinta.
But hari ini pgn cerita ttg pengalama seorang temen gue yg boleh dibilang lumayan parah pengalamannya..

Temen gue D, seorang musisi/ anak band yg datang dari daerah ke jaakarta, tujuannya cuma satu, dia mau masuk ke indrustri rekaman. Di daerahnya di ud...[View]

The road to success - Umum
Kenal sama yg namanya chris john?
juara dunia tinju indonesia kita yg udah mempertahankan gelar beberapa kali, sekarang satu2nya juara dunia yg kita miliki... tapi tahuga sih, apa yg bikin dia sampe ke posisi juara dunia? karena juara dunia terakhir yg kita punya itu elias pical yg kalah sama Galax...[View]

Diam bersama Tuhan - Religius
Di salah satu gereja di Eropa Utara, ada sebuah patung Yesus Kristus yang
disalib, ukurannya tidak jauh berbeda dengan manusia pada umumnya. Karena segala permohonan pasti bisa dikabulkan-Nya,maka orang berbondong-bondong datang secara khusus kesana untuk berdoa, berlutut dan menyembah,hampir
d...[View]

The Sweetest Moment of Love I ever saw - Cinta
untuk kita kaum manusia di jaman skr, selain udah ribet sama yg namanya pekerjaan, cari uang, bayar tagihan, slack sama temen atau atasan, milih baju buat natalan/lebaran, sibuk sama urusan keluarga, atau bahkan sibuk nyari uang buat hidup sehari-hari.. gue rasa diposisi apapun kita, sebagai seorang...[View]
Sumimasen - Inspirasi
Suatu hari seorang nenek berjalan terseok-seok di jalan trotoar yang
sempit. Nenek itu menengok ke sebuah toko di sebelah kanan jalan sambil mendorong kereta belanjaan yang telah dipenuhi isi. Entah dia sadari atau tidak, tiba-tiba seorang pemuda sedang berusaha melewatinya. Tapi karena sempitnya t...[View]

1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  
12  13  14  15  16  17  18  19  20  21  22  
23  24  25  26  27  28  29  30  31  32  33  
34  35  36  37  38  39  40  41  42  43  
ShoutBox




Copyright 2005-2007 Gemintang. All Rights Reserved.
Contact us

eXTReMe Tracker